LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA PERCOBAAN 1

Leave a Comment

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA
PERCOBAAN I
ANALIS KUANTITATIF SEDIAAN FARMASI ASPIRIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-SINAR TANPAK

Oleh:
Nama : ZAENAL ARIPIN
NIM : D1A140892
    Kelompok:
1.        Hana nurhasanah  :
2.      Ica ferriliautami        :



LAPORAN BOIKIMIAJURUSAN FARMASI
 UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2015




BAB 1
PRINSIP DAN TUJUAN  PERCOBAAN
1.1.  Tujuan  percobaan
Ø  Melakukan analis kuantitatif zat  aktif dalam sediaan farmasi dengan metode sfektrofotometri UV-sinar tampak.
Ø  Menyimpulkan mutu sediaan farmasi dengan data sfektrum UV-Sinar tampak dan hasil penetapan kadar zat aktif.

1.2.  prinsip percobaan
Sfektrofotometri UV-VS yaitu suatu molekul  yang dikenal sinar dan sumber radiasi dan diteruskan menuju monokromator.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang di dasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatik oleh suatu laju larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokrometer prisma atau kiri difraksi dengan defektor. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang di dasarkan pada absorbsi radiasi elektromagnetik . cahaya terdiri dari radiasi terhadap masa mata manusia peka. Gelombang dengan panjang gelombang beraliran akan menimbulkan cahaya yang berlainan. Sedangkan campuran cahaya dengan panjang panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh sprektum nampak 400 – 760 nm. Keuntungan utama pemilihan metode spektrifotometri bahwa metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitatif zat yang sangat kecil. Dalam analisis spektrofotometri suatu sumber  radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang –panjang gelombnag tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Cahaya putih meliputi seluruh spektrumnampak 400 – 760 nm. Jangka panjang gelombang kasar, yaitu:
Ultraviolet < 400 nm , k  570 – 590 n
Violet 400 – 450 nm , jingga 590 – 620
Biru 450 – 500 nm, merah 620 – 760 n
Hijau 500 – 570 nm , inframerah  > 760 nm
            Dalam bidang fisikan cahaya manokromatik adalah cahaya dengan suatu panjang gelombang atau rentang panjang gelombang yang sempit. Dalam bidang seni warna, objek atau gambar yang rentang warnanya hanya terdiri dari bayanagan warna tunggal.Obat golongan sulfanamida yang mempunyai struktur umum C6H4 – 5 – 4 – NHR3 mengabsorbsi cahaya dalam daerah ultraviolet karena mengandung kromotor fenil. Namun tidak memperlihatkan absorbsiyang persis sama karena gugus R dapat menyebabkan absorbsi tambahan mengubah sifat spektrum aromatik dasar nya. Spektrum ini kuat sehingga memungkinkan untuk menganalisis obat dalam percobaan ini . diadakan pengukuran spektrum absorbsi senyawa campuran 2 sulfanamida. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri di lakuakan pada larutan yang mengandung senyawa tunggal maupun campuran 2 komponen.
Aspirin ditemukan oleh Bayer pada tahum 1893. Aspirin merupakan obat yang ditemukan tertua dan banyak dikonsumsi sebagai obat dan diproduksi di US sebanyak 10.000 juta Kg/tahun.Aspirin disebut juga asam asetil salisilat, sering digunakan sebagai pereda  sakit (analgesic).Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Berikut sifat-sifat dari aspirin :
Ø  Aspirin berbentuk kristal berwarna putih
Ø   Bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 135°C
Ø  Mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari logam alkali.
Ø  Stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam salisilat bila kontak dengan udara lembab.
Ø  Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan sempurna.
Ø  Bersifat analgesik, antipyretic (fever reducer), nti-inflammatory (inhibition of the synthesis of prostaglandins), dan memiliki efek samping seperti: gastric irritation dan bleeding .

Kegunaan aspirin
Aspirin digunakan sebagai penurun demam (antipiretik) dan sebagai obat anti peradangan. Aspirin juga memiliki sifat anti penggumpalan darah karena menghambat pembentukan tromboksan (protein pengikat yang dihasilkan oleh platelet).  Oleh karena itu aspirin digunakan sebagai obat jangka panjang dalam dosis rendah untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah, stroke dan serangan jantung. Tetapi efek antipenggumpalan ini dapat menyebabkan pendarahan berlebihan terjadi, karena itu orang yang akan menjalani pembedahan atau mempunyai masalah pendarahan tidak diperbolehkan mengonsumsi aspirin.

Efek samping aspirin
Efek samping utama aspirin adalah pengikisan saluran pencernaan, pendarahan usus dan tinnitus (gejala telinga berdenging). Aspirin sebaiknya tidak digunakan oleh anak-anak dan remaja dibawah umur, karena dapat menyebabkan Sindrom Reye, yaitu kerusakan pada mitokondria liver sehingga liver tidak mampu mengubah timbunan glikogen menjadi glukosa.
Dalam dosis tinggi, aspirin dapat menyebabkan kematian. Kadar mematikan aspirin adalah LD50 1,1 g/kg atau 1,1 gram aspirin untuk setiap 1 kilogram berat tubuh suatu organisme.

Sintesis aspirin
Tahun 1853 seorang alkemis Prancis, Charles Frederic Gerhardt berhasil mensistetis asam salisilat untuk pertama kalinya. Dia mencampur asetil klorida dengan garam sodium salisilat. Hasil sintetis ini dinamai Gerhardt anhidrin asam salisilat. 6 tahun kemudian, 1859, seorang alkemis Jerman, von Gilm berhasil mensintetis asam asetil salisilat murni dengan mereaksikan asam salisilat dan asetil klorida.
Pada 1869 Schröder, Prinzhorn dan Kraut merekonstruksi baik reaksi Gerhardt (dari sodium salisilat) maupun reaksi von Gilm’s (dari asam salisilat) dan menyimpulkan bahwa kedua reaksi tersebut memberi hasil yang sama. Meraka adalah yang pertama menemukan struktur kimia kelompok asetil berhubungan dengan alkanol.
Pada 1897, ilmuwan dari perusahaan obat dan pewarna Bayer mulai meneliti asam asetil salisilat sebagai pengganti yang lebih aman dari obat salisin yang umum. Pada 1899, Bayer melabeli obat ini Aspirin dan menjualnya ke seluruh dunia. Nama aspirin berasal dari “a” dari asetil dan “spirsäure” yaitu nama kuno jerman bagi asam salisilat. Sekarang, aspirin merupakan obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia, dengan perkiraan 40.000 ton aspirin dikonsumsi setiap tahun.

 Cara penentuan kadar aspirin dalam tablet
Senyawa ini bersifat asam, untuk mengetahui konsentrasi aspirin dalam tablet dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini gugusan asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi :Untuk mengetahui kadar aspirin dalam tablet, dapat dilakukan titrasi dengan larutan basa. Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit dari indikator fenolftalein.

















BABIII
PROSEDUR  PEROBAAN
111.1. Cara Kerja
ANALISIS KUALITATIF
·         Larutan standar
Timbang dengan seksama 50 mg baku pembanding parasetamol serbuk kedalam labu takar 100 ml.larutkan dalam HCL 0,1 N dalam methanol (1dalam 100).kocok larutkan hingga homogeny .pipet 1.0ml larutkan tersebut kedalam labu takar 10 ml. encerkan dengan HCL 0,1 N dalam methanol (1 dalam 100). pipet 1.0ml larutan tersebut kemudian diencerkan hingga 10 ml dalam labu takar 10 ml.
·         Larutan uji
Timbang 50 mg bahan baku parasetamol tablet kedalam labu takr 100 ml.larutkan dalam HCL 0,1 N dalam methanol (1 dalam 100).kocok larutan hingga homogen.pipet 1.0 ml larutan hasil pengenceran kemudian encerkan hingga 10 ml.
Bandingkan spectrum UV larutan standar dan larutan uji. Spectrum UV larutan standar dan larutan uji harus menunjukan panjang gelombang (ƛ)yang memberikan absorbansi maksimum dengan nilai yang sama.

ANALISIS KUANTITATIF
·         Larutan standar
Timbang 50 mg baku parasetamol serbuk kedalam labu takar 100 ml. tambahkan 10 ml methanol kedalam labu takar.encerkan dengan aquadest hingga tanda batas.kocok larutan hingga homogen (larutan stok baku pembanding 300 ppm).
Siapkan masing-masing larutan 1,1.5,2,2.5,3,3.5 dan 4 ml larutan stok baku pembanding kedalam labu takar 100 ml. encerkan dengan aquadest hingga tanda batas. Diperoleh satu seri larutan standar dengan konsentrasi masing-masing 3,4.5,6,7.5,9,10.5, dan 12 ppm.
·         Larutan uji
Timbang 75 mg bahan baku parasetamol tablet yang akan ditentukan kadarnya. Masukkan kedalam labu takar 100 ml methanol kemudian encerkan dengan aquadest hingga tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1,0 ml larutan kemudian encerkan hingga 100ml.

III.2. Alat-alat yang digunakan
·         Spektrofotometri
·         Labu ukur
·         Gelas ukur
·         Batang pengaduk
·         Gelas kimia
         III.3. Bahan-bahan yang digunakan
·         Tablet parasetamol
·         Serbuk parasetamol
·         Methanol
·         Aquadest
·         Hcl o.1 N




















BAB 1V
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
1V.1. Hasil Percobaan
Larutan setandar
KONSENTRASI
ABSORBANSI
0,1 ml
0,156
0,2 ml
0,314
0,3 ml
0,396
0,4 ml
0,656
0,5 ml
0,604

Larutan uji
konsentrasi
Kons
absorbansi
0,3 ml
82,220
0,690

Nilai kolerasi 0,89626.  Niali konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi.
Perhitungan :
Larutan uji
V1 .  N=  V2 . N
  10  .N2 =0,3 .1000
        N1 =        320
                       10
         N1  =  30  ppm


Larutan setandar :
V1 .  N=  V2 . N2                                                              
  10  .N1 =0,1 .1600

       N1 =        160                          
                       10
         N1  =  16  ppm



V1 .  N=  V2 . N
  10  .N2 =0,2 .160
        N1 =        320
                       10
         N1  =  32  ppm


V1 .  N=  V2 . N
  10  .N1 =0,3 .160
       N1 =        480
                       10
         N1  =  48  ppm


V1 .  N=  V2 . N
  10  .N1 =0,4 .160
       N1 =        640
                       10
         N1  =  64 ppm

V1 .  N=  V2 . N
  10  .N1 =0,5  .160
        N1 =        800
                       10
         N1  =  80 ppm

IV.2. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi di fraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan, yaitu Spektofotometri UV (Ultra Violet), spektrofotometri visible ( Sinar Tampak ), spektrofotometer UV-Vis, dan Spektrofotometri IR (Inframerah), memiliki prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi materi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang gelombang yang digunakan.
  Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan baik untuk sampel yang berwarna maupun tidak berwarna. Metode spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Prinsip kerja spektrofotometri  UV-Vis yaitu suatu molekul yang dikenai sinar dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator di arahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang, sinyal listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai absorbansi.Pada percobaan kali ini dilakukan penentuaan kadar aspirin (asam asetil salisilat) di dalam suatu sediaan farmasi dengan cara analisis kuantitatif. Aspirin merupakan asam organik yang lemah, mengandung gugus kromofor yaitu karboksil (asam karboksilat) dan benzene. Gugus kromofor pada aspirin merupakan gugus yang dapat menghasilkan warna.Sesuai dengan literatur penentuan kadar aspirin dilakukan pada panjang gelombang 530 nm. Akan tetapi dilakukan pemastian kembali untuk penentuan panjang gelombang yang digunakan pada aspirin. Setelah didapatkan panjang gelombang yang pasti, barulah dapat dilakukan pemilihan metode yang akan digunakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristik dari aspirin. Karena aspirin memiliki gugus kromofor dan panjang gelombang penyerapan cahayanya berada pada daerah  visible  yaitu 350 – 800 nm, maka dipilihlah metode spektrofotometri visible atau spektrofotometer berkas tunggal dimana blanko dimasukkan atau disinari secara terpisah. Keuntungan alat ini yaitumempunyai sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik.
            Pada penetapan kadar aspirin dilakukan dengan pembuatan larutan standar Fe salisilat dan kurva kalibrasi. Pada pembuatan larutan standar baku pembanding yang digunakan yaitu asam salisilat, sedangkan pada larutan uji digunakan aspirin dan dilakukan secara duplo, pengerjaan duplo bertujuan untuk menambah keakuratan hasil pengukuran, dengan membandingkan kadar yang diperoleh keduanya sama atau tidak. Kedua larutan tersebut diencerkan menggunakan aquadest dan FeCl3. Penambahan aquadest bertujuan untuk melarutkan sampel, akan tetapi karena kedua jenis sampel yang digunakan kurang larut dalam volume air yang kecil sehingga kelarutannya kurang sempurna. Sedangkan FeCl3 berfungsi sebagai blanko dan kromotag (menghasilkan warna). FeCl3 akan membentuk kompleks ungu dengan asam salisilat karena dalam gugus asam salisilat terdapat atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan  menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H nya untuk membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak membentuk kompleks berwarna ungu karena tidak memiliki gugus OH. Sedangkan, FeCldigunakan sebagai blanko supaya alat spektrofotometer UV/Vis mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian setting blank sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang diukur absorbansinya. Sebelum pengukuran absorbansi sampel/standar, harus dilakukan blanko terlebih dahulu.
            Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet  tidak boleh disentuh oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh. Prinsip penetapan kadar aspirin, dimana terjadi reaksi pembentukan kompleks aspirin yang diencerkan dengan penambahan basa kemudian terjadi reaksi hidrolisis yang cepat atau lambat menjadi salisilat dan asetat tanpa tergantung pada konsentrasi ion OH. aspirin yang terhidrolisis dengan katalis NaOH terurai menjadi salisilat dianion  dan asetat anion. Selanjutnya, senyawa asam salisilat bereaksi dengan larutan FeCl3 sehingga atom -H terlepasmenjadikan asam salisilat mengandung Fenol. maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat akan membentuk kompleks ungu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan besi (III) klorida menghasilkan larutan berwarna. dengan membuat sederet larutan standar dengan konsentrasi yang telah diketahui secara pasti. Selanjutnya diukur absorbansinya dan dibuat kurva antara absorbansi dengan konsentrasi sehingga diperoleh garis linear. Menurut hukum lambert beer absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Namun demikian pada kenyataannya penyimpangan sering terjadi.
            Kurva standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan ( sumbu-x ) dengan absorbansi larutan ( sumbu-y ) dari kurva standar dihasilkan suatu persamaan yang di regresilinierkan, didapat persamaan y =1514.x – 0,006. Dengan  regresi yang dihasilkan sebesar 0,999. Nilai ini menunjukkan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari kurva adalah baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar pula nilai absorbansinya
            Setelah dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dan dilakukan perhitungan kadar. Hasil kadar aspirin secara duplo  yaitu 32.89% dan 30.44%. Hal ini dapat dinyatakan kadar aspirin yang terkandung di dalam sediaan farmasi yang diuji memiliki kadar yang relatif kecil. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV persyaratan kadar untuk tablet yang mengandung aspirin adalah mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 %. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tablet yang mengandung aspirin tersebut tidak memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia IV
            Hal tersebut dapat dikarenakan kesalahan atau ketidak telitian alat sangat berpengaruh besar, ketika aspirin dilarutkan belum terlarut secara sempurna atau masih terdapat bongkahan kecil, kurang telitinya dalam penimbangan bahan, pengambilan pelarut, maupun ketidak homogenan dalam pengocokan, akibatkurangnya ketelitian praktikan dapat memungkinkan perbedaan panjang gelombang yang diperoleh. Diketahui dari kelarutannya aspirin mudah larut dalam air mendidih seharusnya pelarutannya memerlukan volume air yang banyak dan memerlukan suhu yang tinggi sehingga dapat melarut sempurna. Masih adanya zat pengotor dari larutan tersebut, pengotor seperti pencucian alat yang tidak bersih dimungkinkan membawa dampak terhadap hasil yang diperoleh dari percobaan ini. Atau juga karena ketersediaan alat yang minim sebab alat yang digunakan pada saat praktikum bukan spektrofotometer Visible, melainkan spektrofotometer UV.














KESIMPULAN
1.    Semakin tinggi panjang gelombang yang di gunakan untuk mengukur sampel, maka semakin tinggi pula nilai absorbennya.
2.    Semakin tinggi nilai pengenceran ppm, semakin besar nilai absorbennya.





















DAFTAR  PUSTAKA

Ø  Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung: ITB
Ø  Dirjen POM. 1979. Farmakope Edisi III. Jakarta: Depkes RI
Ø  Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Ø  Khopkar. 1984. Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UP
Ø  R.A.Day, Dr Jan Dan Al - Underwood. 2002. Analitik Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Ø  Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: UI Press
Ø  Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum  Kimia Analisis. Makassar: UINAM






0 komentar:

Posting Komentar